Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah mampu mencatat penguatan tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (8/11/2022), pasca rilis data produk domestik bruto (PDB) RI kuartal III-2022 yang tumbuh signifikan di tengah gonjang ganjing ekonomi global.
Mengacu pada data Refinitiv, mata uang Garuda langsung menguat 0,29% ke Rp 15.660/US$ saat pembukaan perdagangan pasar spot. Pukul 11:00 WIB rupiah terpantau kembali memangkas penguatannya menjadi 0,16% ke Rp 15.680/US$.
Kemudian, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini di Rp 15.695/US$, menguat tipis 0,06% di pasar spot. Posisi ini masih menjadi level tertinggi sejak 30 April 2020 lalu.
Rupiah berhasil mempertahankan penguatannya di saat indeks dolar AS menguat di pasar spot. Pukul 15:00 WIB, indeks dolar AS yang mengukur kinerja si greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya terpantau menguat 0,29% ke posisi 110,44.
Meski menguat, namun indeks dolar makin menjauh dari level tertingginya. Ini terjadi karena ekspektasi bank sentral AS (The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya.
Seperti diketahui The Fed pada pekan lalu menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 3,75% – 4%. Itu menjadi kali ke-empat secara beruntun The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 4,25% – 4,5% pada Desember, dengan probabilitas sebesar 56%.
Saat ini, para investor global masih menantikan rilis data ekonomi dari Negeri Paman Sam, yakni data inflasi per Oktober 2022 yang dijadwalkan akan diumumkan pada Kamis 10 November 2022 malam waktu Indonesia.
Konsensus analis Trading Economics memproyeksikan bahwa angka inflasi akan melandai dari 8,2% secara tahunan (yoy) menjadi 8%. Sementara angka inflasi inti juga diprediksikan akan lebih rendah dari 6,6% menjadi 6,5%.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) merilis Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) per Oktober 2022 yang berada di 120,3, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di 117,2.
IKK yang berada di atas 100 mengindikasikan bahwa masyarakat optimis terhadap kondisi ekonomi. Kenaikan pada IKK terpantau pada seluruh kategori pengeluaran, kelompok usia, serta kategori Pendidikan dari responden.
Meningkatnya IKK tersebut dipicu oleh peningkatan keyakinan konsumen, baik terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi terhadap kondisi ekonomi ke depan.
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) terindikasi meningkat pada seluruh komponen pembentuknya, terutama pada indeks pembelian durable goods. Sementara dari sisi Indeks
Ekspektasi Konsumen (IEK), peningkatan terutama terjadi pada ekspektasi kegiatan usaha.
Sentimen positif juga menyelimuti pasar keuangan, di mana Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2022 mencapai 5,72% secara tahunan (year-on-year/yoy). Sementara secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi tumbuh 1,81%.
Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III-2022 atas dasar harga berlaku Rp 5.901,2 triliun dan atas dasar harga konstan Rp 2.976,8 triliun.
Angka pertumbuhan PDB Indonesia pada kuartal III-2022, tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,44% (yoy) dan 3,72% (qtq) pada kuartal II-2022. Pada kuartal I-2022, ekonomi Indonesia tumbuh 5,01% (yoy) tetapi terkontraksi 0,95% (qtq).
Rilis data ekonomi Indonesia ini, tampaknya menjadi angin segar bagi pasar keuangan RI. Rupiah pun tertopang dan berhasil menguat pada hari ini terhadap dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Nyaris Sentuh Rp 15.400/USD, Pelemahan Rupiah Masih Aman?
(aum/aum)
Sumber: www.cnbcindonesia.com