Cuma STI Singapura yang Loyo, Bursa Asia Lainnya Cerah Kok

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia-Pasifik kembali ditutup cerah pada perdagangan Kamis (11/1/2023), di tengah sikap investor yang menanti rilis data inflasi di Amerika Serikat (AS) malam ini waktu Indonesia.

Read More

Hanya indeks Straits Times Singapura yang ditutup di zona merah pada hari ini, yakni turun 0,11% menjadi 3.267,78.

Sedangkan sisanya ditutup di zona hijau. Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup naik tipis 0,01% ke posisi 26.449,8, Hang Seng Hong Kong menguat 0,36% ke 21.514,1, Shanghai Composite China juga naik tipis 0,05% ke 3.163,45, ASX 200 Australia melesat 1,18% ke 7.280,4, KOSPI Korea Selatan bertambah 0,24% ke 2.365,1, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terapresiasi 0,69% menjadi 6.629,93.

Dari China, data inflasi periode Desember 2022 terpantau melonjak. Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) atau Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Desember 2022 naik menjadi 1,8% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK Negeri Panda pada Desember 2022 juga naik menjadi 0%, dari sebelumnya sebesar -0,2% pada November 2022.

Tak hanya data IHK saja, inflasi China berdasarkan producer price index (PPI) atau Indeks Harga Produsen (PPI) periode Desember 2022 juga telah dirilis pada hari ini. Hasilnya juga naik menjadi -0,7% (yoy), dari sebelumnya sebesar -1,2% pada November 2022.

China telah meninggalkan langkah-langkah ketat nol-Covid Desember tahun lalu, dengan mencabut penguncian, menghapus karantina, dan menghentikan tes Covid-19. Akibatnya, para ekonom memperkirakan inflasi akan terus meningkat pada kuartal pertama 2023.

“Ada beberapa tanda awal bahwa transisi menuju hidup dengan Covid-19 mulai menekan harga,” kata Zichun Huang, ekonom di Capital Economics, dikutip dari Reuters.

Kini, investor menanti rilis data IHK AS periode Desember 2022, yang akan dirilis Departemen Tenaga Kerja malam ini waktu Indonesia.

Konsensus Trading Economics memperkirakan tingkat inflasi melandai menjadi 6,5% secara tahunan (yoy), turun dari 7,1% sebulan sebelumnya.

Data inflasi terbaru ini akan menjadi faktor penting dalam pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve/The fed berikutnya), yang dimulai pada 31 Januari

Federal-funds futures, yang digunakan oleh investor dan pedagang sebagai barometer potensi kenaikan suku bunga acuan menunjukkan peluang 77% bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps, menurut CME Group.

Jika sesuai ekspektasi, kenaikan tersebut akan menjadi pelambatan dari kenaikan 50 basis poin pada bulan lalu dan menandai kenaikan suku bunga terkecil sejak Maret 2022.

Pejabat bank sentral AS sejauh ini telah mengindikasikan bahwa mereka belum selesai dengan kenaikan suku bunga. Ketua The Fed, Jerome Powell pada Selasa lalu mengatakan bahwa bank sentral tetap berkomitmen untuk menurunkan inflasi dengan menahan pertumbuhan ekonomi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Sinyal Nggak Enak Buat IHSG Nih… Bursa Asia Loyo Lagi

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts