Cuan di RI Lebih Tinggi Lho daripada di AS!

Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Indonesia (BI) mengajak kepada 170 investor luar negeri dan dalam negeri untuk berinvestasi di Indonesia. Hal tersebut disampaikan dalam acara Bank Indonesia Annual Investment Forum hari ini, Kamis (26/1/2023).

Read More

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, investor yang berinvestasi di Indonesia akan memiliki keuntungan yang lebih besar, dibandingkan dengan keuntungan yang ditawarkan oleh otoritas di Amerika Serikat.

Perry bilang cash is the king atau uang adalah raja. Istilah tersebut merujuk pada fenomena di mana para pelaku pasar lebih memilih memegang uang tunai.

Pada awal tahun 2023, Indonesia pun telah dibanjiri dana asing hingga US$ 4,8 miliar, di tengah banyak negara lain yang masih mengalami capital outflow atau keluarnya dana asing dari negaranya.

Perry pun tak segan untuk mengajak kepada para investor yang hadir untuk berinvestasi di Indonesia. Mengingat, Indonesia menawarkan imbal hasil atau yield SUN 10 tahun yang menarik, dibandingkan dengan yield US Treasury.

“Anda tertarik, beritahu kami bagaimana kondisi uang tunai anda. Apakah anda masih memegang uang tunai? Anda masih akan bersembunyi dari Indonesia, dari emerging market?,” ujar Perry.

Lebih lanjut, Perry mengatakan, bahwa saat ini imbal hasil di Indonesia lebih menarik dibandingkan dengan imbal hasil yang ditawarkan oleh Amerika Serikat.

“Anda melihat ke depan US Treasury (UST), dulunya dekat 2% sekarang 3,6%. Indonesia memiliki imbal hasil yang lebih tinggi sekarang,” kata Perry melanjutkan.

Melansir data revintiv, hingga 26 Januari 2022, yield UST 10 tahun melandai ke level 3,4%. Sementara SUN 10 tahun memiliki yield hingga 6,6%.


Di samping Indonesia menawarkan keuntungan yang besar, lanjut Perry, otoritas juga telah mengelola pasar keuangan dengan sangat baik. Fundamental ekonomi Indonesia bahkan tidak diragukan.

Tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga kuartal III-2022 masih tumbuh 5,7% (year on year/yoy), dan diperkirakan sepanjang tahun 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,1% hingga 5,2%.

Inflasi di tanah air juga terjaga pada kisaran 5,51% (yoy) meskipun ada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dan nonsubsidi. Realisasi inflasi 2022 tersebut jauh lebih rendah dibandingkan ekspektasi bank sentral sebelumnya yang mencapai 6,5% (yoy).

“Tahun ini kami memastikan inflasi inti akan berada di bawah sasaran target kami, yakni di bawah 4%, yakni pada kisaran 3,7% dengan risiko terburuk atau bahkan bisa mencapai 3,6%,” jelas Perry.

Oleh karena itu, investor diharapkan mau berinvestasi ke Indonesia, karena Bank Indonesia sebagai mandat mengelola cadangan devisa memiliki peran besar untuk mengelola nilai tukar tetap terjaga.

Apalagi saat ini, ekonomi dunia masih dipenuhi dengan ketidakpastian. “Meskipun kami baik dalam mengelola perekonomian di dalam negeri, tapi kami tidak kebal terhadap turbulensi global,” jelas Perry.

“Jadi tolong beri tahu kami, apa yang Anda lihat, apa yang Anda yakini, dan apa yang akan Anda lakukan selama tahun 2023,” kata Perry lagi kepada investor.

Sebagai Gubernur BI, Perry berharap pihaknya bersama otoritas terkait dapat terus menstabilkan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri, menggerakkan pertumbuhan ekonomi, dan tentunya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Awas! Dolar Makin Perkasa, Asing Kabur & Rupiah Tertekan

(cap/cap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts