Jakarta, CNBC Indonesia – Mata uang Tanah Air terpuruk melawan dolar Amerika Serikat (AS) akibat data ekspor dan impor China yang lagi-lagi menyusut.
Melansir dari Refinitiv, pada perdagangan kemarin, hari Selasa (8/8/2023 rupiah ditutup melemah 0,23% terhadap dolar AS ke Rp15.215/US$. Ini merupakan yang paling lemah sejak awal bulan ini, pasalnya rupiah harus terjerembab ke atas nilai psikologis Rp15.200 lagi.
Kabar buruk dari China menjadi salah satu alasan terpuruknya rupiah. Ekspor dan impor China secara bersamaan terkoreksi secara tahunan. Ekspor China terkoreksi 14,5% secara tahunan (year on year/yoy) ke level terendah dalam lima bulan terakhir sebesar US$ 281,76 miliar.
Sedangkan dari sisi impor, terjadi koreksi yang sangat drastis sebesar 12,4% yoy sebesar US$ 201,16 miliar. Angka ini lebih rendah daripada periode sebelumnya yang juga turun sebesar 6,8% yoy. Penurunan impor ini terjadi karena permintaan domestik yang memburuk.
Kondisi ekspor-impor China yang mengalami kemunduran ini tidak baik bagi Indonesia sebab China merupakan tujuan ekspor utama Indonesia. Dampaknya yakni potensi terjadinya kemerosotan nilai ekspor Indonesia ke China karena permintaan China yang memburuk.
.
Tak hanya itu, dari eksternal pada hari ini semakin karena ada ketidakpastian dari rilis inflasi negeri Paman Sam nanti malam. Hal ini penting diperhatikan karena erat hubungannya dengan sikap the Fed yang potensi menaikkan suku bunga lagi.
Di sisi lain, inflow asing terpantau masih sepi terpantau dari penawaran asing yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) mengalami kemerosotan hingga menjadi yang paling rendah sejak 17 Januari lalu sebesar Rp 4,49 triliun.
Meskipun gempuran sentimen negatif datang dari eksternal, fundamental ekonomi Indonesia nyatanya masih cukup baik. Mengingat kemarin Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 atau April-Juni tumbuh 5,17% (year on year/yoy) dan 3,86% (quartal to quartal/qtq). Pertumbuhan tersebut adalah yang tertinggi sejak kuartal III-2022 atau tiga kuartal terakhir.
Selain itu, cadangan devisa (cadev) Indonesia pun mengalami kenaikan dibandingkan periode sebelumnya. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2023 tercatat sebesar US$ 137,7 miliar, meningkat US$ 200 juta dibandingkan dengan posisi pada akhir Juni 2023 sebesar US$ 137,5 miliar. Hal ini dapat menjadi angin segar bagi Rupiah agar dapat menguat ke depannya.
Teknikal Rupiah
Foto: CNBC Indonesia
Pergerakan rupiah
|
Secara teknikal dalam basis waktu satu jam, rupiah terpantau masih dalam tren naik dalam melawan dolar AS yang berarti tren masih melemah.
Target pelemahan yang potensi di uji berada pada resistance terdekat di Rp15. 230/US$. Posisi ini diambil berdasarkan horizontal line dari high candle 8 Agustus 2023 lalu.
Sementara itu, posisi support juga perlu diperhatikan karena setelah harga sampai di resistance akan ada pembalikan arah. Dengan begitu, support menjadi area potensial penguatan rupiah terdekat di Rp15.200/US$ sesuai dengan level psikologis dan berdekatan dengan garis rata-rata selama 20 jam (Moving Average 20/MA20).
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Bukan Rp 14.800/US$, Rupiah Bisa Menguat Sampai ke Level Ini!
(mkh/mkh)
Sumber: www.cnbcindonesia.com