Bursa Wall Street Kebakaran, Cruel September Bakal Terulang?

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street mengawali perdagangan pada hari ini, Selasa (5/9/2023) di zona merah.

Read More

Pada awal perdagangan, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,06% ke posisi 34.817,54. Sementara itu, indeks S&P 500 melemah 0,24% ke posisi 4.504,91 dan indeks Nasdaq jeblok 0,25% ke posisi 13.996,96.

Pada minggu lalu, dalam sepekan, indeks S&P 500 melonjak 2,50%, indeks Dow Jones melesat 1,43% dan Nasdaq terbang 3,25%.

Sebagai catatan Wall Street tutup pada Senin pekan ini karena peringatan Hari Buruh.

September sendiri dikenal sebagai bulan yang ‘kejam’ bagi bursa asam hingga muncul istilah ‘cruel September’. Kinerja bursa saham AS biasanya akan jeblok pada September.

Data menunjukkan indeks S&P 500 rata-rata turun 0,54% pada Agustus sejak 1950. Nilai tersebut adalah yang terendah dalam 12 bulan. Selama 20 tahun lebih, rata-rata bursa saham AS turun 0,6%.
Beberapa kali pasar saham AS juga crash pada September termasuk pada bubble com crash pada 2000 dan serangan 9/11 pada 2001.

Melemahnya Wall Street pada perdagangan hari ini, Selasa (5/9/2023) disebabkan oleh data ekonomi ASyang  sejauh ini masih menunjukkan arah saling berlawanan. Di satu sisi, pengangguran AS naik tetapi di sisi lain aktivitas manufaktur mulai membaik.

Seperti diketahui, pada Jumat pekan lalu (2/9/2023), AS merilis sejumlah data penting mulai dari pengangguran pada Agustus, non-farm payrolls Agustus, serta aktivitas manufaktur Agustus.

Pengangguran AS secara mengejutkan melesat menjadi 3,8% pada Agustus. Angka ini jauh di atas ekspektasi pasar yakni 3,5% ataupun pada Juli yang tercatat 3,5%.

Namun, penciptaan lapangan kerja non-farm payrolls naik menjadi 187.000 pada Agustus. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan 157.000 pada Juli ataupun ekspektasi pasar (170.000).

Aktivitas manufaktur AS yang terekam dalam ISM Manufacturing juga naik menjadi 47,6 pada Agustus, dari 47 pada Juli. Pada Senin pekan lalu, AS juga merevisi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 menjadi 2,1% (year on year/yoy) dari proyeksi sebelumnya 2,4%.

Kenaikan angka pengangguran dan revisi ke bawah pertumbuhan menunjukkan ekonomi AS mulai mendingin. Sebaliknya, aktivitas manufaktur AS menunjukkan kenaikan yang mencerminkan ekonomi AS di satu sisi masih kencang.

Kondisi ini membuat pasar berekspektasi jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga di level 5,25-5,50% pada bulan ini.

Perangkat CME Fedwatch menunjukkan 93% investor yakin The Fed akan menahan suku bunga acuan di 5,25%-5,5% dalam pertemuan September.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Wall Street “Terbakar”, Netflix-J&J Biang Keroknya

(mae/mae)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts