gep-indonesia.org

Bursa Asia Ditutup Bergairah, Kecuali Shanghai-STI

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia-Pasifik kembali ditutup cerah pada perdagangan Kamis (24/11/2022), di tengah kabar bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) bakal mengurangi laju kenaikan suku bungannya.

Hanya indeks Shanghai Composite China dan Straits Times Singapura yang ditutup di zona merah pada hari ini. Shanghai ditutup melemah 0,25% ke posisi 3.089,31 dan Straits Times turun 0,1% menjadi 3.252,88.

Sedangkan sisanya ditutup di zona hijau. Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melesat 0,95% ke posisi 28.383,09, Hang Seng Hong Kong menguat 0,78% ke 17.660,9, ASX 200 Australia naik 0,14% ke 7.241,8, KOSPI Korea Selatan melonjak 0,96% ke 2.441,33, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terapresiasi 0,37% menjadi 7.080,52.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Sementara itu dari Malaysia, bursa sahamnya yakni indeks KLCI terpantau melejit hingga 3,86% pada hari ini, setelah Anwar Ibrahim resmi menjadi perdana menteri (PM) baru Malaysia.

Sebelumnya PM Malaysia tak kunjung ditentukan kerena tidak ada partai yang memenangkan mayoritas suara parlemen dalam pemilihan umum beberapa waktu lalu.

Partai Anwar Ibrahim, Pakatan mengumpulkan jumlah kursi tertinggi dengan 82. Ini diikuti oleh partai lain, yakni Perikatan (73), Barisan Nasional (30), Gabungan Parti Sarawak (23), Gabungan Rakyat Sabah (enam), Warisan (tiga), Parti Bangsa Malaysia dan Parti Kesejahteraan Demokratik Masyarakat masing-masing satu kursi.

Resminya ditunjuk Anwar Ibrahim mengakhiri tarik ulur yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.

Dari Korea Selatan, bank sentral (Bank of Korea/BoK) kembali menaikkan suku bunga acuannya pada hari ini. Suku bunga acuan BoK dinaikan sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 3,25%, dari sebelumnya sebesar 3%.

Kenaikan suku bunga acuan BoK kali ini sesuai dengan prediksi pasar dalam survei Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 25 bp.

Tingkat inflasi berdasarkan konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) Negeri Ginseng pada Oktober lalu mencapai 5,7%.

Pada hari ini, inflasi berdasarkan produsen (Indeks Harga Produsen/IHP) Korea Selatan periode Oktober 2022 juga telah dirilis. Hasilnya menunjukkan adanya penurunan menjadi 7,3% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya sebesar 7,9% pada September lalu.

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHP Negeri Ginseng pada bulan lalu masih naik menjadi 0,5%, dari sebelumnya pada September lalu sebesar 0,2%.

Gubernur BoK, Rhee Chang-yong dijadwalkan akan mengadakan konferensi pers di kemudian hari tentang keputusan moneter.

Bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas kembali cerah juga disebabkan karena adanya kabar bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bakal mengurangi laju kenaikan suku bunga acuannya di masa mendatang.

Risalah dari pertemuan The Fed edisi November 2022 mengisyaratkan bahwa bank sentral Negeri Paman Sam tersebut melihat kemajuan dalam perjuangannya melawan inflasi tinggi dan ingin memperlambat laju kenaikan suku bunga, yang berarti kenaikannya bakal lebih kecil pada akhir tahun ini hingga 2023.

“Sebagian besar pejabat menilai bahwa perlambatan laju kenaikan kemungkinan akan segera terjadi,” bunyi risalah tersebut.

“Kelambatan dan besaran yang tidak pasti yang terkait dengan dampak tindakan kebijakan moneter pada aktivitas ekonomi dan inflasi adalah salah satu alasan yang dikutip mengenai mengapa penilaian semacam itu penting,” tambah risalah tersebut.

Sebelumnya pada rapat edisi November 2022, The Fed menyetujui kenaikan 75 bp keempat berturut-turut yang membawa suku bunga ke level tertinggi sejak 2008.

Pasca risalah tersebut pelaku pasar langsung memperkirakan kenaikan akan terjadi sebesar 50 bp pada 14 Desember mendatang.

“Apa yang benar-benar ditunjukkan adalah anda memiliki pasar yang gelisah tentang satu hal dan hanya satu hal, dan itu adalah Federal Reserve dan pemikiran mereka tentang kebijakan moneter,” kata Art Hogan, kepala strategi pasar di B. Riley Financial, dikutip CNBC International.

Meski begitu, pelaku pasar di China daratan cenderung khawatir bahwa kondisi pandemi Covid-19 saat ini dapat menyebabkan Negeri Tirai Bambu itu kembali menerapkan langkah-langkah darurat dan pembatasan, yang juga dapat memperlambat kembali perekonomian China.

Alhasil, pasar kembali melakukan aksi profit taking dan membuat bursa saham di China daratan kembali terkoreksi, meski bursa Asia-Pasifik lainnya cenderung cerah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Kode Keras Buat IHSG, Bursa Asia Melesat!

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version