Bursa Asia Ditutup Beragam, Tapi Hang Seng Ambles 1% Lebih

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik ditutup beragam pada perdagangan Kamis (17/11/2022), di tengah berhembusnya kembali kekhawatiran investor akan naiknya kembali inflasi global.

Read More

Indeks Straits Times Singapura ditutup menguat 0,61% ke posisi 3.286,04, ASX 200 Australia naik 0,19% ke 7.135,7, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terapresiasi 0,44% menjadi 7.044,986.

Sedangkan untuk indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melemah 0,35% ke posisi 27.930,57, Hang Seng Hong Kong ambles 1,15% ke 18.045,66, Shanghai Composite China turun 0,15% ke 3.115,43, dan KOSPI Korea Selatan ambrol 1,39% menjadi 2.442,9.

Dari Jepang, defisit neraca perdagangan periode Oktober 2022 kembali melebar, karena tagihan impor terus meroket, dipicu oleh penurunan yen yang masih terjadi hingga kini.

Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan Jepang, selisih neraca perdagangan Jepang tumbuh menjadi 2,16 triliun yen (US$ 15,5 miliar) dari 2,09 sebelumnya sebesar 2,09 triliun yen.

Alhasil, neraca perdagangan Jepang kini menjadi negatif selama 15 bulan berturut-turut, rekor terpanjang sejak 2015. Ekonom memperkirakan defisit neraca dagang Jepang sebesar 1,62 triliun yen.

Impor pada bulan lalu tumbuh pada laju tercepat sejak 1980, karena inflasi yen telah menaikkan harga komoditas. Kenaikan 53,5% tersebut dipimpin oleh pembelian minyak mentah, gas alam cair, dan batu bara. Analis memperkirakan kenaikan 50% dalam pengiriman masuk.

Sedangkan Ekspor Negeri Matahari Terbit naik 25,3%, didorong oleh suku cadang mobil dan semikonduktor, untuk peningkatan yang sedikit lebih lemah dari perkiraan para ekonom.

Defisit perdagangan yang berkepanjangan mencerminkan pemulihan Jepang yang masih rapuh dari pandemi Covid-19, dan terjadi setelah ekonomi negara secara tak terduga menyusut pada kuartal ketiga, sebagian terbebani oleh dampak jatuhnya mata uang.

Penurunan yen diperkirakan masih akan terjadi setidaknya hingga akhir tahun ini, meskipun mata uang tersebut telah membuat beberapa keuntungan pada bulan ini.

Sementara itu, para pemimpin di kawasan Asia-Pasifik akan berkumpul di Thailand dalam rangka KTT Asian Pacific Economic Cooperation (APEC) yang berlangsung pada 14-19 November 2022.

Dari Indonesia, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 5,25% pada hari ini.

Di lain sisi, kekhawatiran investor di AS terkait inflasi muncul setelah data penjualan ritel periode Oktober 2022 dirilis, di mana hasilnya mengalami kenaikan 1,3% dari bulan sebelumnya, juga di atas konsensus pasar yang memperkirakan kenaikan 1,2%.

Hal ini juga menguatkan bahwa prospek perlambatan laju kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bakal memudar dan The Fed masih akan bersikap hawkish.

The Fed telah secara agresif menaikkan suku bunga tahun ini untuk memperlambat perekonomian. Namun sejauh ini, belanja konsumen tetap relatif kuat, sementara suku bunga yang lebih tinggi membutuhkan waktu untuk mempengaruhi perekonomian.

Presiden The Fed Kansas City, Esther George memperingatkan bahwa bank sentral mungkin tidak dapat mendinginkan inflasi tanpa menyebabkan resesi.

Sementara itu dari pasar obligasi pemerintah AS (US Treasury), selisih (spread) antara tenor 2 tahun dengan tenor 10 tahun yang biasanya positif telah turun menjadi negatif 0,670 poin persentase, mendekati laju selisih inversi paling tajam sejak 1982.

Hal ini mencerminkan bahwa investor kembali takut akan melemahnya ekonomi global, sehingga pasar obligasi AS memperpanjang inversinya hingga kemarin.

Yield pada obligasi AS 10-tahun turun menjadi 3,693%, dari semula 3,798% pada Selasa malam. Sedangkan yield obligasi dua tahun AS yang lebih sensitif terhadap ekspektasi suku bunga jangka pendek naik tipis menjadi 4,363%, dari semula 4,359%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Sinyal Nggak Enak Buat IHSG Nih… Bursa Asia Loyo Lagi

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts