Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Jumat (21/4/2023), di tengah lesunya kembali bursa saham Amerika Serikat (AS) kemarin karena kinerja beberapa perusahaan cenderung mengecewakan.
Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,11%, Hang Seng Hong Kong melemah 0,36%, Shanghai Composite China turun tipis 0,09%, Straits Times Singapura terpangkas 0,28%, ASX 200 Australia melandai 0,37%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,67%.
Dari Jepang, inflasi pada periode Maret 2023 tidak mengalami perubahan yang signifikan, tetap jauh di atas kisaran target bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) karena subsidi pemerintah memiliki efek terbatas dalam menurunkan tekanan harga.
Inflasi ditingkat konsumen (consumer price index/CPI) pada Maret 2023 turun sedikit menjadi 3,2% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Februari lalu sebesar 3,3%, berdasarkan data dari Biro Statistik Jepang.
Bahkan CPI inti, yang tidak termasuk barang-barang yang mudah menguap seperti makanan segar pada bulan lalu bahkan tak berubah dari periode Februari lalu, yakni masih sebesar 3,1%.
Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), CPI Negeri Sakura cenderung meningkat yakni menjadi 0,3% pada bulan lalu, dari sebelumnya pada Februari lalu yang kontraksi 0,6%.
Pembacaan menunjukkan bahwa sementara subsidi pemerintah untuk listrik membantu menurunkan inflasi dari puncaknya selama lebih dari 40 tahun terakhir sebesar 4,2%, kenaikan biaya sebagian besar fasilitas lainnya masih membuat inflasi jauh di atas tingkat target 2% BoJ.
Rilis data tersebut datang jelang pertemuan BoJ minggu depan, di mana bank secara luas diperkirakan akan mempertahankan kebijakan ultra-longgar di bawah Gubernur BoJ baru, Kazuo Ueda.
Tetapi laporan media baru-baru ini mengisyaratkan bahwa BoJ terbuka untuk kebijakan pengetatan akhir tahun ini jika pertumbuhan upah mempertahankan momentumnya saat ini.
BoJ juga memperkirakan kenaikan inflasi pada pertengahan 2023, karena efek dari subsidi pemerintah dimasukkan ke dalam perekonomian.
Hal ini kemungkinan akan mendorong bank sentral untuk mengubah kebijakan kontrol kurva imbal hasil di akhir tahun, dengan beberapa analis memperkirakan akan berakhirnya kebijakan tersebut.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas menguat terjadi di tengah cenderung mendatarnya bursa saham AS, Wall Street kemarin, di mana perilisan kinerja keuangan perusahaan masih menjadi perhatian investor
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,33%, S&P 500 terkoreksi 0,6%, dan Nasdaq Composite merosot 0,8%.
Saham Tesla jatuh hampir 10% sehari setelah perusahaan membukukan laba bersih kuartal pertama yang menurun tajam dari kuartal tahun lalu membebani indeks Nasdaq.
“Ada lebih banyak ketidakpastian tingkat makro seputar musim pelaporan laba saat ini daripada di masa lalu,” Matt Stucky, manajer portofolio senior di Northwestern Mutual Wealth Management.
Ada banyak perusahaan yang melaporkan kinerja keuangannya melampaui perkiraan analis. Selain itu, turunnya kinerja dari perusahaan-perusahaan besar juga membuat investor gelisah apalagi dengan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang tengah bersiap untuk menaikkan suku bunga lagi dalam beberapa minggu dan kekhawatiran resesi berputar-putar.
Arah suku bunga masih saja menjadi momok mengerikan bagi para investor. Berbagai data dari ekonomi AS turut diperhatikan untuk memberikan sinyal ke mana suku bunga akan berlabuh.
Beberapa waktu lalu, Gubernur The Fed Christopher Waller mengatakan meski bank sentral sudah agresif menaikkan suku bunga, tetapi masih belum membuat banyak progres membawa inflasi kembali ke target 2% dan perlu untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi lagi.
Selain itu, Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic mengatakan kebaikan suku bunga 25 basis poin (bp) sekali lagi akan membuat The Fed mencapai terminal rate dengan lebih yakin mampu menurunkan inflasi ke target.
Untuk diketahui, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 475 bps dalam setahun terakhir menjadi 4,75-5,0%. Rapat Federal Open Market Committee (FOMC) untuk menentukan suku bunga akan digelar pada awal Mei mendatang.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Awal Pekan Bursa Asia Dibuka Cerah, Tapi Tidak Untuk Nikkei
(chd/chd)
Sumber: www.cnbcindonesia.com