Bikin Was-was Jokowi, Siapa Bos Adani yang Keruk Kekayaan RI?

Jakarta, CNBC Indonesia – Nama Grup Adani belum lama ini menjadi perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi) lantaran dugaan skandal manipulasi saham yang bisa terjadi di bursa saham Indonesia. Jokowi bahkan meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk lebih intensif mengawasi industri jasa keuangan domestik.

Read More

Sebelumnya, skandal yang melibatkan Adani diungkapkan oleh sebuah laporan riset dari Hindenburg Research. Lembaga itu menyebut ada penyimpangan yang dilakukan figur asal India itu sehingga kekayaannya melejit.

Menurut Hindenburg, Adani Group sebelumnya telah menjadi fokus dari 4 investigasi penipuan besar pemerintah yang diduga melakukan pencucian uang, pencurian dana pembayar pajak, dan korupsi, dengan total sekitar US$ 17 miliar atau setara Rp 252 triliun.

Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia, salah satu perusahaan yang menjadi tulang punggung utama impor batu bara Adani adalah anak usaha perusahaan yang memiliki tambang batu bara di Indonesia.

PT Adani Global merupakan anak usaha Adani Enterprise yang fokus di bidang tambang, logistik dan perdagangan batu bara. Situs resmi perusahaan menyebut bahwa Adani memperoleh izin usaha pertambangan (IUP) produksi pada tahun 2007.

Proyek di Indonesia ini merupakan proyek luar negeri pertama Grup Adani dalam penambangan dan operasi batu bara. Perusahaan menyebut keputusan menambang di Indonesia sejalan dengan tekad jangka panjang Adani untuk mengatasi permasalahan permintaan tinggi batu bara di India yang kekurangan energi.

Penambangan batu bara Adani dilakukan lewat PT Lamindo Inter Multikon di pulau kecil yang terletak di Kalimantan Utara yang bernama Pulau Bunyu. Data Modi dan Geoportal Minerba menyebut bahwa Lamindo memiliki IUP aktif hingga 2037 atas lahan seluas 2.414 hektar atau mencapai 12% dari total besar pulau Bunyu.

Tahun 2022 menjadi tahun keberuntungan bagi Gautam Adani. Pasalnya di tahun itu, ia resmi menyandang gelar centi-billionaire atau orang dengan kekayaan lebih dari US$ 100 miliar.

Dengan menyandang predikat tersebut, ia resmi menjadi orang terkaya di Asia dan peringkat ketiga di dunia setelah Bernard Arnault dan Elon Musk.

Posisi tersebut diraih karena terjadi peningkatan tajam kekayaannya dalam dua tahun terakhir. Dikutip dari Forbes Real Time Billionaire, pemilik Adani Group tersebut diperkirakan memiliki kekayaan bersih US$ 116,7 miliar atau setara dengan Rp 1.809 triliun (asumsi kurs Rp 15.500/US$).

Harta kekayaan Adani meningkat tajam sejalan dengan peningkatan harga komoditas yang terjadi akibat perang Rusia-Ukraina. Tahun lalu kekayaannya memang sudah bombastis atau tercatat sekitar US$ 75 miliar meski masih berada belakang Mukesh Ambani pemilik Reliance Industri.

Namun, berkat diversifikasi bisnis yang dimilikinya, ia lebih mudah menambah kekayaan jika salah satu sektornya naik daun. Ia tercatat sebagai pengusaha generasi pertama dari Gujarat di wilayah barat India yang memulai bisnis perdagangan komoditas pada 1980-an, kemudian gurita bisnisnya merambah ke sektor energi, pelabuhan, bandara, transportasi, pertahanan, properti dan keuangan selama empat dekade berikutnya.

Berbeda dengan Ambani yang kekayaannya terkonsentrasi di satu perusahaan, Adani tercatat setidaknya memiliki enam perusahaan dengan valuasi lebih dari 1 triliun rupee atau setara dengan Rp 190 triliun (kurs Rp 190/rupee), yang mana beberapa dari perusahaan tersebut mencatatkan kinerja saham yang luar biasa tahun ini.

Harga saham perusahaan yang tergabung dalam Grup Adani melonjak signifikan tahun ini, bahkan ada yang tercatat naik hingga ratusan persen. Saat ini terdapat sembilan perusahaan publik di India yang masuk dalam Grup Adani, meningkat dari semula enam perusahaan.

Tambahan perusahaan baru tersebut termasuk Adani Wilmar, usaha patungan dengan miliarder agribisnis Singapura Kuok Khoon Hong, Wilmar Internasional serta dua perusahaan semen yang diakuisisi tahun ini.

Pasokan bahan bakar pembangkit listrik domestik India sempat terancam terganggu akibat gangguan rantai pasok bahan bakar dunia. Oleh karena itu, PM Narendra Modi menyerukan peningkatan pembelian yang menyebabkan impor bulanan batu bara termal India mencapai rekor di tahun 2022.

Ini menjadi kabar gembira bagi Adani Enterprises, pedagang batu bara terbesar di negara itu. Benar saja, berdasarkan perusahaan data pasar CoalMint, pada Juni 2022, pangsa pasarnya naik lebih dari dua kali lipat secara tahunan menjadi 7,3 juta ton.

Adani Power, perusahaan listrik swasta terbesar di negara itu, meningkatkan impor batu bara menjadi 1,4 juta ton di bulan Juni dari hanya 154.000 ton di tahun sebelumnya. Bersama-sama, anak perusahaan Adani secara keseluruhan menyumbang 35% dari impor batu bara India dari April hingga Juni tahun ini, yang mencerminkan dominasi grup yang berkembang ke infrastruktur negara.

Salah satu perusahaan yang menjadi tulang punggung utama impor batu bara Adani adalah anak usaha perusahaan yang memiliki tambang batu bara di Indonesia. PT Adani Global merupakan anak usaha Adani Enterprise yang fokus di bidang tambang, logistik dan perdagangan batu bara. Situs resmi perusahaan menyebut bahwa Adani memperoleh izin usaha pertambangan (IUP) produksi pada tahun 2007.

Proyek di Indonesia ini merupakan proyek luar negeri pertama Grup Adani dalam penambangan dan operasi batu bara. Perusahaan menyebut keputusan menambang di Indonesia sejalan dengan tekad jangka panjang Adani untuk mengatasi permasalahan permintaan tinggi batu bara di India yang kekurangan energi.

Penambangan batu bara Adani dilakukan lewat PT Lamindo Inter Multikon di pulau kecil yang terletak di Kalimantan Utara yang bernama Pulau Bunyu. Data Modi dan Geoportal Minerba menyebut bahwa Lamindo memiliki IUP aktif hingga 2037 atas lahan seluas 2.414 hektar atau mencapai 12% dari total besar pulau Bunyu.

Meski konsesi di pulau kecil tersebut disebut memiliki daya rusak yang kian meluas, oleh jaringan advokasi tambang, Lamindo menyebut bahwa perusahaan melakukan program pelestarian lingkungan secara berkala, walaupun masih sebatas pembersihan pantai dan penyediaan air bersih.

Lamindo juga menyebut bahwa hadirnya perusahaan di Pulau Bunyu memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi setempat dan mengklaim menjadi pemberi kerja terbesar di pulau tersebut dengan serapan karyawan lebih dari 1.500 orang.

Masifnya aktivitas penambangan di konsesi yang memiliki sumber daya 269 juta ton membuat perusahaan menjadi eksportir terbesar batu bara GAR 3.000 Kcal. Data paling baru yang tersedia menyebut perusahaan memproduksi 4 juta ton batu bara pada 2017-2018 dan menargetkan produksi 5,5 juta ton pada 2018-2019.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Video: Kasus Adani Group, Jokowi Wanti-Wanti Hal Ini

(haa/haa)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts