BI Diramal Kerek Bunga 50 Bps, Rupiah kok Masih Melemah?

Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Rabu (16/11/2022). Padahal Indeks dolar AS yang kembali jeblok pada perdagangan Selasa kemarin.

Read More

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,1% ke Rp 15.550/US$. Depresiasi rupiah bertambah menjadi 0,23% ke Rp 15.570/US$ pada pukul 9:03 WIB.

Kemarin indeks dolar AS yang kembali turun 0,24% ke 106,44 yang menjadi level terendah dalam dua bulan terakhir. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini sudah merosot dalam 6 dari 8 perdagangan terakhir, dengan total 5,8%.

Meski demikian, pasar juga menanti pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Kamis nanti. Hasil polling Reuters menunjukkan BI akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 5,25%.

Sementara itu hasil polling yang dihimpun CNBC Indonesia sedikit terbelah. Hal ini membuat pelaku pasar menanti kepastian berapa basis poin yang akan dinaikkan besok. Rupiah pun masih sulit menguat. 

Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, delapan lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek BI7DRR sebesar 50 basis points (bps) menjadi 5,25%.

Sementara itu, enam lembaga/institusi memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5,00%.

Sebagai catatan, BI sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 125 bps hanya dalam waktu tiga bulan, masing-masing sebesar 25 bps pada Agustus, 50 bps pada September, dan 50 bps pada Oktober.

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan BI akan menaikkan suku bunga secara agresif untuk menahan pelemahan rupiah.

“Tekanan nilai tukar rupiah masih tinggi. Kami memperkirakan BI akan melakukan front-loading kebijakan dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps. Ini akan memberi sinyal jelas jika stance kebijakan BI akan lebih hawkish,” tutur Irman, kepadaCNBC Indonesia.

Peluang BI untuk kembali menaikkan suku bunga 50 basis poin menjadi terbuka lebih lebar setelah perekonomian Indonesia tumbuh tinggi di kuartal III-2022.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal bulan ini mengumumkan realisasi produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal III-2022 tumbuh 5,72% (year on year/yoy). Rilis tersebut sedikit lebih tinggi dari proyeksi pemerintah 5,7%, dan Bank Indonesia (BI) 5,5%.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,6%.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Jurus Perry Warjiyo & BI Jaga Rupiah Dari Amukan Dolar AS

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts