gep-indonesia.org

‘Badai’ Dari Barat Akan Datang, Bursa Asia Ditutup Berjatuhan

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik ditutup berjatuhan pada perdagangan Rabu (22/2/2023), di tengah memburuknya kembali sentimen pasar global pada hari ini.

Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup ambles 1,34% ke posisi 27.104,3, Hang Seng Hong Kong melemah 0,51% ke 20.423,84, Shanghai Composite China terkoreksi 0,41% ke 3.291,15, Straits Times Singapura terpangkas 0,21% ke 3.300,04.

Berikutnya ASX 200 Australia ditutup terdepresiasi 0,3% ke 7.314,5, KOSPI Korea Selatan ambruk 1,68% ke 2.417,68, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir merosot 0,92% menjadi 6.809,97.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Dari Korea Selatan, bank sentral (Bank of Korea/BoK) diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 3,5% pada Kamis besok, menurut jajak pendapat Reuters dari 41 ekonom.

Jika hal tersebut benar terjadi, maka BoK akan menjadi salah satu bank sentral pertama di Asia-Pasifik yang menghentikan siklus kenaikannya dibandingkan dengan negara Asia terkhusus di kawasan Asia Timur, kecuali Jepang dan China.

Pelaku pasar global kembali khawatir dengan inflasi yang “membandel” dan akan menyebabkan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, yang dapat menyebabkan ekonomi Negeri Paman Sam akan mengalami resesi.

Di sisi lain, tanda-tanda ekonomi AS makin solid tergambar pada pembacaan awal aktivitas manufaktur Februari 2023 yang naik ke angka 47,8. Posisi ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya yakni 46,9 dan lebih tinggi dari ekspektasi 47,1.

Data aktivitas ini semakin melengkapi rilis data sebelumnya yang mengindikasikan bahwa ekonomi Paman Sam masih kuat. Dampaknya adalah kebijakan suku bunga The Fed.

Sebelumnya, AS dilaporkan mampu menyerap 517.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian, jauh lebih tinggi dari sebelumnya yakni 260.000 orang. Tingkat pengangguran pun turun menjadi 3,4% dan merupakan angka terendah sejak Mei 2969.

Kemudian, rata-rata upah per jam masih tumbuh 4,4% (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari prediksi 4,3%.

Masalahnya data-data yang positif ini membuat para pelaku pasar tidak tenang. Pasalnya ekonomi yang solid dipandang menjadi momentum bagus untuk terus menaikkan suku bunga dalam upaya menurunkan angka inflasi.

Goldman Sachs dan Bank of America memperkirakan masih akan ada tiga kenaikan suku bunga lagi masing-masing naik 25 bp.

Selaras dengan Sachs, pasar kini melihat The Fed akan menaikkan suku bunga tiga kali lagi pada Maret, Mei dan Juni masing-masing sebesar 25 basis poin hingga menjadi 5,25% – 5,5%. Ini artinya pasar melihat suku bunga bisa lebih tinggi dari proyeksi yang diberikan The Fed 5% – 5,25%.

Para pelaku pasar saat ini fokus pada The Fed yang akan digelar pada Rabu waktu setmpat dan dijadwalkan untuk merilis risalah dari pertemuan 31 Januari dan 1 Februari. The Fed berpotensi menaikkan suku bunga kembali sebesar 25 basis poin (bp) setelah pertemuan itu.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Sinyal Nggak Enak Buat IHSG Nih… Bursa Asia Loyo Lagi

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version