Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah dalam sepekan bertengger pada kisaran Rp 15.100/US$. Pada perdagangan hari ini Selasa (21/2/2023), rupiah menguat 0,03% ke level Rp 15.150/US$.
Sejumlah ekonom berpandangan, bahwa nilai tukar rupiah saat ii belum berada pada nilai fundamentalnya. Dan kemungkinan masih bisa menguat hingga ke bawah level Rp 15.000/US$.
Salah satu alasan yang bisa membuat rupiah menguat, yakni dengan melihat kondisi perekonomian Indonesia yang relatif positif. Sehingga nilai tukar rupiah masih bisa berpotensi untuk menguat pada level Rp 14.800/US$.
Di sisi lain, sejumlah ekonom juga berpandangan bahwa nilai tukar rupiah akan menemukan ekulibrium baru pada level Rp 15.000/US$ dan akan sulit untuk kembali ke level Rp 14.000-an per dolar Amerika Serikat (AS).
Sulitnya nilai tukar rupiah menguat, tak lepas dari the greenback yang cenderung menguat, karena kenaikan suku bunga The Fed dan karena supply dolar di domestik terbatas.
Secara keseluruhan, pergerakan nilai tukar akan sangat ditentukan oleh beragam faktor, tidak hanya masalah kinerja positif perekonomian di dalam negeri, tapi juga bagaimana faktor di sektor keuangan global.
Berikut pandangan ekonom soal pergerakan nilai tukar rupiah ke depan:
1. Bank Central Asia
Kepala Ekonom BCA David Sumual menilai saat ini nilai tukar rupiah yang berada pada level Rp 15.150/US$ sudah sesuai dengan nilai fundamentalnya, sejalan dengan kondisi inflasi yang mulai mereda saat ini.
Diketahui, inflasi Indonesia pada Januari 2023 tercatat sebesar 5,28% lebih rendah dibandingkan dengan bulan Desember 2022 yang sebesar 5,51%.
“Kalau fundamental sesuai dengan inflasi yang mulai reda. Berita terakhir balance of payment surplus, current account juga surplus. Current account juga surplus tertinggi dalam sejarah,” jelas David kepada CNBC Indonesia, Selasa (21/2/2023).
Nilai tukar rupiah, kata David diperkirakan juga akan sulit menguat. Terutama karena impor barang konsumsi akan cenderung meningkat, menjelang ramadhan. Juga, adanya jatuh tempo pembayaran utang luar negeri.
Sehingga pasokan dolar AS di Indonesia akan terbatas, sehingga bank sentral harus berupaya ekstra untuk menguatkan nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, nilai tukar rupiah diperkirakan akan betah pada level Rp 15.000 hingga Rp 15.300 per dolar AS.
“Kelihatannya memang Rp 15.000 hingga Rp 15.300 per dolar AS dalam jangka pendek,” kata David lagi.
2. UOB Indonesia
Head Economic and Research UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja menjelaskan kondisi nilai tukar saat ini mendapatkan tekanan berat dari global. Khususnya dari Amerika Serikat (AS) yang membawa dolar perkasa.
“Penguatan USD memang pada dasarnya sedang terjadi, karena data labour market dan inflasi yang sepertinya mengharuskan The Fed untuk menaikkan suku bunga mereka lagi, bahkan besaran 50 bps,” ujarnya.
“USD sedang menguat karena potensi kenaikan Fed yang lebih besar, penguatan USD tersebut bersifat menyeluruh,” jelas Enrico lagi.
3. Segara Institute
Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah berpandangan, sangat sulit untuk menilai apakah posisi nilai tukar rupiah saat ini sudah sesuai fundamentalnya atau belum.
Pasalnya, pergerakan rupiah disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari pelemahan indeks dolar, stabilitas inflasi, hingga rencana pemerintah dalam mengatur regulasi terkait Devisa Hasil Ekspor (DHE), hingga pernyataan dukungan Bank Indonesia untuk terus menjaga rupiah.
“Rupiah dijaga bukan pada level berapa. BI utamanya menjaga agar rupiah tidak berfluktuasi terlalu lebar. Yang dijaga lebih pada volatilitas,” jelas Piter.
Rupiah sulit menguat karena dolar yang cenderung menguat, karena kenaikan suku bunga the Fed, serta pasokan dolar AS di Indonesia yang terbatas.
“DHE yang besar dari surplus neraca perdaganganĀ hampir semuanya diparkir di luar negeri. Rupiah tahun ini saya perkiraan akan berada di kisaran Rp 15.000 hingga Rp 15.500 per dolar AS,” jelas Piter.
4. Institute for Development of Economics and Finance (Indef)
Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto memiliki pandangan yang berbeda dari ekonom-ekonom sebelumnya. Menurut Eko, posisi nilai tukar rupiah saat ini belum berada dalam nilai fundamental sesungguhnya.
Oleh karena itu, nilai tukar rupiah masih bisa menguat di bawah posisi Rp 15.000/US$. “Mengingat pertumbuhan ekonomi cukup terjaga dan inflasi dalam tren menurun,” ujarnya.
Pergerakan nilai tukar rupiah kata Eko saat ini cukup stabil. Namun pada kuartal III-2023, otoritas moneter diminta untuk waspada karena ekonomi lebih dinamis pada di paruh kedua 2023 dibandingkan awal tahun.
“Rupiah memang dipengaruhi oleh sentimen bunga acuan BI yang akan lebih landai. Setidaknya bertahan dan tidak buru-buru naik, untuk menjaga geliat sektor rill dan tentu saja pertumbuhan ekonomi,” jelas Eko.
Ekonom Indef Agus Herta Sumarto menambahkan, melihat data historis sebelum pandemi, maka sebenarnya posisi rupiah saat ini belum mencerminkan kondisi fundamental ekonomi Indonesia.
Namun, rupiah yang relatif masih terdepresiasi ini sebenarnya bisa dijadikan momentum, untuk terus mendorong ekspor dengan syarat struktur biaya sektor industri dalam negeri tetap dijaga kompetitif.
“Jika ini bisa dilakukan, maka harga relatif barang-barangĀ ekspor kita bisa lebih rendah dan kita bisa lebih kompetitif di pasar global,” jelas Agus.
5. Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia
Ekonom CORE Indonesia Yusf Rendy Manilet juga berpandangan, bahwa posisi nilai tukar rupiah saat ini memiliki kecenderungan untuk menguat, jika dibandingkan dengan posisi kedua periode di atas.
“Hal ini juga berbarengan dengan posisi ataupun kondisi perekonomian yang relatif jauh lebih baik dan menandakan bahwa intervensi kebijakan dari BI untuk menjaga nilai tukar rupiah bisa mendorong penguatan rupiah itu sendiri,” jelas Yusuf.
Yusuf menilai, jika mengukur dari pergerakan nilai tukar rupiah terutama dalam tiga bulan terakhir, memang kisaran tukar rupiah itu berada di angka Rp 14.800 hingga angka Rp 15.750.
“Sehingga saya kira pergerakan rupiah jika kecenderungannya muat itu masih berpeluang akan masuk ke level Rp 14.800 per dolar AS. Namun jika melemah dia berpotensi melemah hingga level Rp 15.500,” kata Yusuf lagi.
Pergerakan nilai tukar rupiah ditentukan bagaimana kondisi sektor keuangan dalam beberapa bulan ke depan, termasuk di dalamnya keputusan Bank Sentral AS dalam menaikkan atau tidak menaikkan suku bunga acuannya.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Satu Kata Untuk Ramalan Rupiah Hingga Akhir 2022: Mengerikan!
(cap/cap)
Sumber: www.cnbcindonesia.com