Jakarta, CNBC Indonesia – Gelombang panas belakangan ini terus melanda beberapa negara di Asia, seperti India, Tiongkok, Bangladesh, Thailand, Laos, dan Myanmar.
Gelombang panas yang dirasakan saat ini turut berdampak pada kenaikan harga batu bara dan diprediksi akan ada peningkatan permintaan batu bara dari sejumlah negara, seperti China dan India. Hal ini seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi di saat cuaca panas saat ini.
Lantas, seberapa besar efek gelombang panas yang terjadi di sejumlah negara di Asia khususnya India dan China terhadap permintaan batu bara dari produsen di Indonesia?
Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Bayan Resources Tbk (BYAN) Jenny Quantero mengungkapkan penjualan batu bara BYAN ke China dan India pada 2022 tercatat masing-masing sebesar 3% dan 8% dari total penjualan batu bara perusahaan pada 2022 yang tercatat sebanyak 39,9 juta ton batu bara.
Begitu juga dengan Bangladesh, porsi penjualan batu bara perusahaan ke Bangladesh mencapai 8%.
“Ada distribusi geografis 2022, di mana pasokan batu bara kami ke China sebesar 3% dan di India 8%,” paparnya dalam Public Expose PT Bayan Resources, di Jakarta, Kamis (27/4/2023).
Jenny mengatakan bahwa permintaan akan batu bara di kedua negara tersebut pada tahun 2023 ini diprediksikan masih belum berbeda jauh dengan permintaan pada tahun 2022 lalu. Oleh karena itu, Jenny menilai gelombang panas yang dirasakan di sejumlah negara di Asia belum akan berpengaruh signifikan terhadap permintaan batu bara perusahaan.
“Tahun 2023 kelihatannya akan sama seperti tahun lalu. Jadi sampai saat ini tidak ada peningkatan yang signifikan untuk dua daerah tersebut,” jelasnya.
BYAN mencatat, penjualan batu bara perusahaan pada tahun 2022 sebesar 39,9 juta ton. Permintaan akan batu bara ke China sebesar 3%, artinya penjualan perusahaan ke Negara Tirai Bambu tersebut sekitar 1,19 juta ton.
Sedangkan, penjualan batu bara BYAN ke India sebesar 8%, artinya bisa mencapai sekitar 3,19 juta ton dari total penjualan pada 2022.
Tercatat, BYAN juga menjual ke beberapa negara lain seperti Filipina yang penjualannya dilaporkan sebesar 30% dari total penjualan perusahaan. Kemudian, penjualan batu bara ke Korea tercatat sebesar 15% dari total penjualan.
Sedangkan, untuk Indonesia sendiri tercatat sebesar 25% dari total penjualan BYAN.
Perlu diketahui, produksi batu bara Bayan pada 2022 mencapai 38,9 juta ton, naik 3,5% dari produksi 2021 yang sebesar 37,6 juta ton.
Harga jual rata-rata batu bara BYAN selama 2022 tercatat mencapai US$ 117,9 per ton, melonjak 67% dibandingkan harga jual rata-rata batu bara pada 2021 yang tercatat US$ 70,7 per ton.
Adapun biaya tunai rata-rata pada 2022 mencapai US$ 42,5 per ton dari US$ 27,5 per ton pada 2021.
Dampaknya, pendapatan perusahaan pada 2022 melonjak 65% menjadi US$ 4,70 miliar dari US$ 2,85 miliar pada 2021 lalu. Adapun laba tahun berjalan pada 2022 tercatat melonjak menjadi US$ 2,30 miliar dari US$ 1,26 miliar pada 2021 lalu.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Batu Bara Rontok, Harta Low Tuck Kwong Turun Rp40 T Tahun Ini
(wia)
Sumber: www.cnbcindonesia.com