gep-indonesia.org

Apes! Sempat Rekor Sepanjang Masa, Harga CPO Drop 19% Setahun

Jakarta, CNBC Indonesia – Konflik senjata antara Rusia dan Ukraina ikut berimbas kepada minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO). Harganya pun melonjak dan menyentuh levelall time high pada Selasa (1/3/2022) di MYR8.163 per ton.

Sepanjang tahun ini harga minyak sawit dunia anjlok 19,15%, menjadi kinerja tahunan yang ditutup di zona merah pertama kali dalam empat tahun terakhir.

Banyaknya tekanan di pasar nabati dunia dan kisruh yang meningkat di Kyiv masih menjadi sentimen buruk dan memicu harga CPO melonjak ke level tertingginya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Minyak sawit telah menjadi minyak termahal di antara empat minyak nabati utama untuk pertama kalinya karena pembeli bergegas untuk mengamankan pengganti minyak biji bunga matahari dari wilayah pengekspor utama di Laut Hitam Ukraina yang terganggu oleh invasi Rusia.

Rekor harga minyak sawit melebihi minyak nabati lain sehingga menekan konsumen di Asia dan Afrika yang sensitive terhadap harga. Sehingga, membuat harga pangan dan bahan bakar melonjak dan memaksa mereka untuk mengurangi konsumsi dan beralih ke minyak kedelai.

Di India untuk pengiriman Maret, CPO ditawarkan dengan harga sekitar US$1.925/ton termasuk biaya asuransi dan pengiriman, sedangkan minyak kedelai mentah dibanderol US$ 1.865/ton. Minyak rapeseed mentah ditawarkan US$1.900/ton, dan sementara ini para pedagang tidak menawarkan minyak bunga matahari mentah karena Pelabuhan di Ukraina ditutup. Laut Hitam menyumbang 60% dari produksi minyak bunga matahari dunia dan 76% dari ekspor.

Selain itu, produksi kedelai di Argentina, Brasil, dan Paraguay diperkirakan turun karena cuaca kering. Pembeli Asia yang sensitive terhadap harga biasanya mengandalkan minyak sawit karena biaya rendah dan waktu pengiriman yang cepat, tapi sekarang mereka membayar lebih dari US$50/ton premium dibandingkan minyak deleai dan minyak biji bunga matahari.

“Pembeli memiliki pilihan untuk membeli minyak kedelai,tapi pasokan minyak kedelai cepat habis dan mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk mendarat di Asia dibandingkan dengan minyak sawit,” tutur seorang diler di Kuala Lumpur dikutip dariReuters.

Sementara itu, Indonesia telah membatasi ekspor dengan memberlakukan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) untuk produsen minyak sawit agar terlebih dahulu memasok CPO domestik sebanyak 20% lalu sisanya dapat di ekspor.

Hal tersebut bertujuan untuk mengendalikan persediaan dan harga CPO di Indonesia, tapi menjadi sentimen negatif untuk pasar nabati dunia karena eksporminyak sawit menjadi menurun. Indonesia merupakan negara pengekspor CPOterbesar selain Malaysia.

Namun, kedigdayaan harga sawit tidak terasa lama karena perkiraan resesi global pada 2023 dan kondisi China yang masih terbelenggu oleh Covid-19.

Pada perdagangan Jumat (28/9/2022) harga minyak sawit menyentuh level terendahnya dalam setahun di MYR3.144 per ton.

Lonjakan kasus infeksi baru Covid-19 di China membuat pemerintah setempat memberlakukan strategi Zero Covid, yakni pembatasan ketat di suatu wilayah. Hal ini membuat prospek ekonomi China menjadi tidak pasti. Ditambah kekhawatiran menyusutnya permintaan dari konsumen CPO terbesar dunia tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Artikel Selanjutnya


Setelah Rebahan 4 Hari Beruntun, Harga CPO Nanjak Lagi!

(ras/ras)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version