Ancaman Resesi Menguat, Wall Street Kembali Ambruk

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS) langsung melemah pada sesi awal pembukaan perdagangan Rabu (7/12/2022).

Read More

Indeks Dow Jones melemah 0,16% ke 33.543,48. Sementara indeks Nasdaq melandai 0,4% ke 10.970,45 dan indeks S&P 500 melemah 0,24% ke 3.931,62.

Pada penutupan perdagangan kemarin, ketiga bursa utama AS juga ambruk. Indeks Nasdaq bahkan sudah mengakhiri perdagangan di zona merah selama empat hari beruntun.

Indeks melemah karena meningkatnya kekhawatiran resesi jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) memperpanjang kebijakan moneter agresifnya.

Investor kini melihat harapan ekonomi AS untuk mengalami soft landing memudar karena The Fed kemungkinan belum akan melonggarkan kebijakan dalam waktu dekat. Pelaku pasar bahkan memperkirakan perlambatan ekonomi AS semakin dekat dan nyata.

“Investor tidak bisa memutuskan mana yang harus lebih dikhawatirkan apakah data-data yang menunjukkan resesi atau data yang bisa mendukung The Fed memperpanjang kebijakan agresifnya. Investor terus menjual saham untuk profit taking,” tutur Sam Stovall, chief investment strategist di CFRA Research, dikutip dari CNBC International.

Ancaman resesi menguat setelah sejumlah data mengarah kepada perlambatan ekonomi, seperti permintaan kredit rumah. Permintaan kredit rumah turun 3%.

Namun, indikator ekonomi lain masih menunjukkan jika ekonomi AS masih kencang, seperti data non-farm payroll dan PMI sektor jasa. Data-data ini diperkirakan akan membuat The Fed enggan melonggarkan kebijakan dalam waktu dekat.

Seperti diketahui, sejumlah lembaga multinational kembali mengingatkan jika resesi di AS dan global semakin dekat.

CEO Goldman Sachs David Solomon mengingatkan perekonomian global akan menghadapi ketidakpastian serta periode yang bergejolak pada tahun depan. Dia menjelaskan kebijakan moneter ketat serta perkembangan ekonomi yang berganti begitu cepat membuat ekonomi global melambat.

“Saya pikir kita harus mengasumsikan jika kita akan menghadapi periode yang bergejolak. Kondisi perekonomian yang semakin berat,” tutur Solomon, dikutip dari The Guardian.

CEO Goldman Sachs Jami Dimon mengatakan perekonomian global bisa jadi tidak hanya menghadapi resesi ringan tetapi badai. Sementara itu, CEO United Airlines Scott Kirby memperkirakan resesi ringan kemungkinan akan terjadi karena kebijakan ketat The Fed.

Ekonom Bank of America (BofA) bahkan memprediksi jika ekonomi AS akan memasuki resesi pada kuartal I-2023. Secara teknikal, AS sudah berada di jurang resesi setelah ekonomi mereka terkontraksi pada kuartal I dan II-2022.

Aktivitas perdagangan China yang melemah menjadi salah satu sinyal dari perlambatan ekonomi global.

Surplus perdagangan China mencapai US$ 69,84 miliar pada November 2022, terendah sejak April 2022. Ekspor China melandai 8,7% (year on year/yoy) sementara impor mereka anjlok 10,6% (yoy) pada November 2022.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Wall Street Menguat Setelah 3 Hari Jeblok, tapi PHP Gak Nih?

(mae/mae)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts