gep-indonesia.org

Alasan Rupiah Tetap Loyo Meski Suku Bunga BI Naiknya Ngegas!

Jakarta, CNBC Indonesia – Kenaikan suku bunga acuan BI-7 day reverse repo rate (BI7DRRR) yang terus dilakukan Bank Indonesia belum mampu menahan laju pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga kini. Rupiah terpantau masih terus tertekan.

Mengacu pada data Refinitiv, pada pembukaan perdagangan rupiah stagnan di Rp 15.660/US$. Kemudian, rupiah terkoreksi sebesar 0,16% ke Rp 15.685/US$ pada pukul 11:00 WIB. Padahal pada Kamis (17/11), BI kembali menaikkan BI7DRRR sebesar 50 bps menjadi 5,25%.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Global Markets Economist Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto menjelaskan pergerakan rupiah yang masih melemah ini masih dipicu oleh aliran modal asing yang terus ke luar dari pasar domestik. Investor asing mulai memasuki periode profit taking.

“Mulai terlihat di pasar saham, seiring investor asing mulai ambil untung, terutama di sektor komoditas andalan ekspor Indonesia yang harganya sudah melewati masa puncaknya,” kata Myrdal saat dihubungi, Jumat (18/11/2022).

Aliran modal asing yang keluar dari Indonesia ini juga masih disebabkan agresifnya kenaikan suku bunga Bank Sentral AS, Fed Fund Rate untuk meredam tingkat inflasi di negara itu. Indeks dolar pun akhirnya menguat hingga 11,09 persen selama 2022 hingga pertengahan November menjadi 106,28.

Selain itu, devisa hasil ekspor (DHE) juga tidak betah bersemayam di dalam negeri lama-lama, sehingga menyebabkan dolar kering di dalam negeri. Ini karena interest rate nya yang dianggap kurang menarik di tengah upaya negara-negara lain yang juga berlomba-lomba menarik dolar.

Dengan kondisi ini, Myrdal berpendapat, BI masih memerlukan pemanfaatan ruang kenaikan suku bunga cuan hingga 100 bps di atas suku bunga The Fed. Angka itu menurutnya menjadi salah satu faktor utama untuk membalikkan keadaan rupiah kini.

“Menurut saya 100 bps di atas Fed Rate, makanya kemarin BI bilang forward looking. Jadi kalau Fed Fund Rate nya nanti jadi 4,50%, maka BI Rate nya jadi 5,50%,” ucap Myrdal.

Menurut Myrdal masih ada ruang bagi Bank Indonesia untuk menaikkan kembali suku bunga kebijakannya setidaknya 25 bps pada akhir tahun ini, jika rupiah terus terdepresiasi terhadap dolar AS lebih lanjut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Rupiah Nyaris Rp 15.000/US$, Begini Suasana Money Changer

(mij/mij)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version