Akhirnya, Bursa Asia Kompak Bergairah Akhir Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik ditutup bergairah pada perdagangan Jumat (27/1/2023) akhir pekan ini, mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) kemarin setelah dirilisnya data pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV-2022.

Read More

Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka naik tipis 0,07% ke posisi 27.382,6, Hang Seng Hong Kong menguat 0,54% ke 22.688,9, dan ASX 200 Australia bertambah 0,34%.

Berikutnya Straits Times Singapura menguat 0,5% ke 3.394,21, KOSPI Korea Selatan menanjak 0,62% ke 2.484,02, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terapresiasi 0,5% menjadi 6.898,98.

Sementara untuk pasar saham China masih belum dibuka hingga hari ini karena masih libur Imlek dan baru dibuka kembali pada Senin pekan depan.

Dari Australia, inflasi berdasarkan producer price index (PPI) atau indeks harga produsen (IHP) periode kuartal IV-2022 dilaporkan melandai menjadi 5,8% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya sebesar 6,4% pada kuartal III-2022.

Sedangkan secara basis kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), IHP Negeri Kanguru pada kuartal IV-2022 juga melandai menjadi 0,7%, dari sebelumnya pada kuartal III-2022 sebesar 1,9%.

Hal ini menandakan bahwa inflasi di Negeri Kanguru tersebut memungkinkan untuk mendingin.

Pergerakan bursa Asia-Pasifik pada hari ini mengikuti bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Kamis kemarin, setelah dirilisnya data pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV-2022.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,61%, S&P 500 berakhir melesat 1,1% dan Nasdaq Composite melejit 1,76%.

Pada Kamis malam, AS mengumumkan ekonomi mereka tumbuh 2,9% (quarter-to-quarter/qtq) pada kuartal IV-2022. Pertumbuhan tersebut di atas ekspektasi pasar yang berada di kisaran 2,6%.

Sepanjang 2022, ekonomi Negeri Paman Sam tumbuh 2,1%. Angka tersebut memang jauh di bawah pertumbuhan pada 2021 yang mencapai 3,2%. Namun, pertumbuhan terbilang tinggi di tengah hantaman tingginya inflasi dan suku bunga di AS.

Selain itu, AS juga mengumumkan data klaim pengangguran pada pekan yang berakhir 21 Januari. Klaim yang diajukan sebanyak 186.000 atau terendah sejak April 2022.

Leih rendahnya klaim pengangguran menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih tumbuh kuat di tengah tingginya suku bunga.

Dengan tumbuh positifnya ekonomi AS dan masih kuatnya data tenaga kerja Negeri Paman Sam, maka hal ini akan menjadi pertimbangan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) untuk menentukan kebijakan suku bunga acuan selanjutnya.

Ekspektasi pasar sejauh ini memperkirakan suku bunga akan dinaikkan sebesar 25 basis poin (bp). Namun, dengan data-data yang cenderung positif tersebut, maka The Fed bisa saja tetap menaikkan suku bunga sebesar 50 bp.

Sebagai catatan, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 425 bp pada 2022. Adapun The Fed akan mengadakan pertemuan perdananya di tahun 2023 pada 31 Januari-1 Februari.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Indeks Hang Seng Terbang Nyaris 6%, Ada Apa?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts