gep-indonesia.org

Akhir Pekan, Rupiah Catat Kinerja Cemerlang! Ini Penyebabnya

Jakarta, CNBC IndonesiaRupiah mampu mencatatkan kinerja yang cemerlang melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (11/11/2022). Perkasanya rupiah tidak lepas dari ekspektasi bank sentral AS (The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya pasca rilis data inflasi.

Mengacu pada data Refinitiv, upiah membuka perdagangan di Rp 15.540/US$, melesat nyaris 1% di pasar spot. Level tersebut menjadi yang terkuat dalam dua pekan terakhir. Pukul 11:00 WIB rupiah melanjutkan penguatannya lebih tajam hingga 1,18% ke Rp 15.505/US$.

Kemudian, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini di Rp 15.490/US$, menguat 1,27% di pasar spot. Angin segar dari Negeri Paman Sam tampaknya masih menjadi fokus utama di sisa pekan ini dan berhasil membuat rupiah menjauhi level tertingginya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Seperti diketahui, kenaikan suku bunga The Fed menjadi penyebab utama rupiah tertekan. Ketika The Fed diperkirakan akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya, rupiah pun mendapat tenaga menguat.

Tingkat inflasi yang mengacu Indeks Harga Konsumen Amerika Serikat naik hanya 0,4% pada Oktober dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Sementara inflasi tahunan tercatat melandai ke 7,7% year-on-year/yoy. Sementara inflasi inti bertumbuh 0,3% mtm dan 6,3% yoy.

Ini merupakan kenaikan tahunan terendah sejak Januari. Ekonom mengharapkan kenaikan 0,6% mtm dan 7,9% yoy.

“Suku bunga masih menjalankan segalanya di pasar,” kata Tim Courtney dari Exencial Wealth.

“Dengan turunnya angka CPI hari ini, pasar sekarang bertaruh dengan cukup jelas bahwa mereka berpikir [kenaikan] suku bunga akan segera berakhir. Jadi, Anda melihat saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga itu bekerja dengan sangat, sangat baik.”

Inflasi sering dijadikan sinyal para investor kaitannya dalam kebijakan kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserves/The Fed. Ketika inflasi saat ini mulai mendingin, ekspektasi bahwa The Fed akan mengurangi sifathawkishmenguat.

Sesaat setelah pengumuman inflasi, para pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin, lebih rendah dari sebelumnya yakni 75 basis poin.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, probabilitas suku bunga naik 50 basis poin menjadi 4,25% – 4,5% pada Desember kini sebesar 90%, naik jauh dari hari sebelumnya 56%.

Meski demikian, Presiden The Fed wilayah San Fransisco, Mary Daly mengatakan data inflasi tersebut memang kabar bagus, tetapi masih jauh dari kemenangan.

Beberapa pejabat The Fed juga menyambut baik rilis inflasi tersebut, tetapi Presiden The Fed wilayah Dallas, Lorie Logan mengatakan suku bunga masih akan tetapi dinaikkan, meski dalam laju yang lebih lambat.

“Saya percaya mengendurkan laju kenaikan suku bunga akan tepat, jadi kita bisa menilai dengan lebih baik bagaimana perkembangan kondisi finansial dan ekonomi,” kata Logan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Artikel Selanjutnya


Rupiah Gagal Nanjak! Padahal Dolar AS Lagi Lesu…

(aum/aum)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version