gep-indonesia.org

56% Warga Amerika Sudah Merasa Resesi, Emas Jadi Liar!

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas bergerak liar atau volatile pada pekan ini. Meningkatnya ancaman resesi tapi di sisi lain ada proyeksi kebijakan moneter ketat membuat harga emas dalam persimpangan.

Pada perdagangan Rabu (7/12/2022) pukul 06:12 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.769,63 per troy ons. Harga emas melemah 0,07%.

Pada perdagangan Selasa kemarin, harga emas menguat 0,14% ke posisi US$ 1.770,91 per troy ons, setelah jeblok 1,6% di awal pekan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam sepekan, harga emas menguat tipis 0,07% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas masih melonjak 5,7% sementara dalam setahun melemah 0,81%.



Harga emas bergerak volatile karena ada dua faktor yang berseberangan. Ekspektasi masih ketatnya kebijakan moneter di AS membuat emas tertekan. Namun, di sisi lain, emas masih memiliki penopang pergerakan seperti isu resesi.

Seperti diketahui, harapan pelaku pasar untuk segera melihat pelonggaran kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memudar. Pasalnya, data tenaga kerja dan PMI sektor jasa AS masih kencang sehingga inflasi diperkirakan masih tinggi.

Dengan inflasi yang masih tinggi, The Fed diproyeksi masih akan mempertahankan kebijakan moneter ketatnya.

“Pertemuan The Fed akan digelar pekan depan sehingga arah pergerakan emas akan sangat ditentukan seberapa besar kenaikan suku bunga The Fed,” tutur analis CMC Markets, Michael Hewson, dikutip dari Reuters.

Namun, head of commodity strategy Saxo Bank, Ole Hansen, mengingatkan emas masih memiliki penopang yang kuat sehingga harganya tidak akan jatuh dalam.

Salah satunya adalah ancaman resesi global. Emas merupakan aset aman sehingga makin dicari saat ketidakpastian ekonomi dan politik global meningkat.

Sejumlah CEO dari institusi multinational menyampaikan sejumlah kekhawatiran mengenai ancaman resesi. Survei The Economist juga menunjukkan jika 56% warga AS percaya jika Negara Paman Sam sudah berada di fase resesi.

CEO Goldman Sachs David Solomon mengingatkan perekonomian global akan menghadapi ketidakpastian serta periode yang bergejolak pada tahun depan. Dia menjelaskan kebijakan moneter ketat serta perkembangan ekonomi yang berganti begitu cepat membuat ekonomi global melambat.

“Saya pikir kita harus mengasumsikan jika kita akan menghadapi periode yang bergejolak. Kondisi perekonomian yang semakin berat,” tutur Solomon, dikutip dari The Guardian.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Yuk Bisa Yuk! Harga Emas Mulai Naik

(mae/mae)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version